Jadikan ini perpisahan yang termanis
Yang indah dalam hidupmu
Sepanjang waktu
Garis lengkung yang sedari tadi tak tercipta dari bibir manis seorang gadis ini pun akhirnya muncul kembali setelah melihat seorang lelaki melambaikan tangannya kepadanya. Sambil membalas lambaian tangannya ia pun segera menghampirinya sambil berlali kecil.
“maaf aku terlambat , pasti kaka sudah menunggu lama” ucap gadis penuh rasa bersalah. Walaupun dia adalah sang pacar dari pria tersebut , ia tetap memanggilnya dengan sebutan kaka. Ia pun segera menarik kursi yang berada di depannya dan mendudukinya.
“no problem , lagipula aku aja yang terlalu awal datang dari janji yang sudah kita buat “ jawab laki laki itu.
Keheningan pun menyelimuti mereka. Mereka sibuk dengan pikirannya masing masing. Mereka adalah dua sejoli yang sudah menjalin tali kasih selama tiga tahun belakang.
Sivia Azizah dan Alvin Jonathan Sindhunata , ya itulah nama mereka berdua. Sivia Azizah atau yang kerap dipanggil Via ini bias disebut dengan gadis yang nyaris sempurna. Gadis yang mepunyai paras ayu ini merupakan anak konglomerat yang mungkin kekayaannya tak kan habis hingga tujuh turunan sekaligu. Namun nobody perfect , seperti hal nya dengan Sivia. Entah apa yang di sembunyikannya selamai ini , mungkin akan di ungkapkannya pada sang kekasih pada hari ini juga.
Dan Alvin Jonathan Sindhunata yang kerap di panggil Alvin adalah seorang pemuda tampan berwajah oriental ini mungkin bias membuat ribuan gadis mengantri untuk merebut hatinya. Namun hati Alvin sudah dimiliki oleh Sivia gadis yang berada di depannya itu. Namun ia tak tau tentang kejuatan yang akan dilakukan oleh gadisnya tersebut.
“terima kasih” ucap Sivia sambil menyunggingkan senyum khasnya pada witers yang sedang mengantarkan pesanan Sivia.
“masih sama dengan Sivia gadis yang aku kenal selama ini” gumam Alvin namun masih bisa di dengar oleh Sivia.
Sivia hanya bisa membalasnya dengan senyum dan menunjukan lesung pipitnya itu. Namun tiba tiba senyumnya pun pudar seraya ia mengingat hal yang akan dilakukannya.
“ka maaf ..” ucaP Sivia menggantung.
“hey..hey kenapa ini ?? kenapa kau tiba tiba saja meminta maaf padaku ??” heran Alvin.
Sivia menghela nafas panjang dan menghembuskannya dengan berat. Rasanya ia tak sanggup untuk mengatakannya. Namun ia sudah memantapkan hatinya untuk segera mengatakannya. “mungkin hubungan kita cukup sampai di sini “ ucap Sivia yang tiba tiba saja terlontar dari bibir mungilnya.
Alvin terdiam sejenak. Ia masih mencerna kata kata yang baru saja dilontarkan oleh gadisnya itu. Dan tiba tiba saja rasanya paru parunya itu tak berfungsi dengan baik. Rongga rongga dadanya pun seperti terikat dengan kuatnya sehingga ia tak bisa menghirup udara dengan bebas.
“Via kamu gak usah bercanda deh ,, ada ada aja kamu ini “ucapnya dengan terawa kecil. Walaupun hatinya sangat ketar ketir. Sebenarya ia pun tak sanggup jika harus tertawa. Namun ia masih positive thinking sehingga ia mengira jika akhirnya ia akan mendengar bahwa gadisnya hanyalah bercanda.
“aku serius ka “ ucap Sivia dengan menatap mata Alvin dalam. Raut muka nya pun juga mengatakan bahwa ia sedang tidak bercanda.
Alvin hanya menggerutkan keningya dengan raut muka penuh tanda tanya. Tenggorokannya seperti tercekat dan ia tak bisa mengucapkan sepatah kata pun setelah mendengar penjelasan dari Sivia gadisnya.
“a..apa ,, maksud kamu kita putus ?? “ ucap Alvin dengan nada yang bergetar dan tidak percaya.
Sivia hanya bisa menunduk. Dua sungai kecil pun sudah tercipta di pipinya. Seakan ia tak mampu untuk memandang wajah dari pacarnya itu , ia hanya mengangguk kecil dengan wajah yang masih tertunduk.
“Sivia .. ayolah ada apa kau ini ? kenapa kau tiba tiba saja meminta putus ? apakah aku punya salah dengamu ? “ tanya Alvin.
Sivia hanya mampu menggelengkan kepalanya. Secepatnya ia pun langsung pergi dari tempat itu. Ia berlari menuju luar café dengan air mata yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
Sebelum ia melangkah keluar dari pintu café tersebut. Ia menengok ke belakang melihat sang kekasih atau yang lebih tepatnya ‘mantan kekasih’nya duduk terdiam. “maaf” hanya kata itu yang dapat Sivia lontarkan sebelum ia benar benar meninggalkan café tersebut.
Berbeda dengan Alvin ia hanya bisa duduk diam terpaku dengan memandang lurus kedepan dengan berbagai pertanyaan di otaknya. Ia seperti tidak percaya dengan hal yang baru saja ia alami. Ia merasa ini hanyalah mimpi. Dan sesaat kemudian ia akan tebangun dan mendapati Sivia masih sebagai kekasihnya.
Semua berakhir
Tanpa dendam dalam hati
Semenjak peristiwa di café itu Alvin dan Sivia lost contact dan itu sudah terjadi selama dua bualan belakangan. Alvin benar banar menjadi orang yang sangat bingung dengan semuanya. Ia sama sekali tak tau bagaimana kabar dari ‘mantan kekasihnya’ tersebut. Setiap ia pergi ke rumah Sivia untuk mecari penjelasan darinya mengapa ia memutuskan hubungannya dengan begitu cepat.
Namun setiap kali ia keruamah Sivia hasilnya tetap saja nihil. Ia hanya mendapati sebuah rumah mewah yang hanya di tempati oleh semua pembantu pembantunya. Dan setiap ia bertanya dengan pembantunya itu , ia pasti hanya mendapatkan jawaban yang sama yaitu bahwa mereka juga tak begitu tau tentang keadaan Sivia.
“hey bro..kenapa loe ?? muka kusut , rambut acak acakan ..udah mirip orang stress di pinggir jalan aja loe “ ucap Rio sahabat Alvin di kampusnya.
“ ya loe tau sendiri lah “ jawab Alvin dengan nada pasrah.
“apa loe udah cari info tentang Sivia dari sahabatnya mungkin ?” tanya Rio yang peduli dengan keadaan Alvin. Alvin memang sangat menyayangi Sivia , sehingga wajar saja ia begini saat ia tiba tiba saja di putuskan oleh Sivia.
“ yaampun Yo, jangan kan sahabatnya , udah semua orang yang berhubungan dengan Sivia gue udah tanyain, ya hasilnya loe tau sendiri lah NOL besar. “ ucap Alvin dengan sedikit penekanan pada kata nol.
“ya udahlah ,santai aja kali “ ucap Rio.
“gimana bisa santai Yo , loe tau sendiri kan kalau gue tuh sayang banget sama Sivia , tapi ternyata dia malah mutusin gue tanpa alasan yang jelas dan sekarang gue dan dia malah lost contact “ tutur Alvin panjang lebar.
“huffttt” Rio menghela nafas berat , ia juga merasakan kesedihan yang sama dengan Alvin.
“yang jelas gue kangen banget sama Sivia “ lirih Alvin dengan tatapan memandang lurus kedepan.
Selanjutnya mereka pun hanya bisa terdiam. Dan hanya membiarkan suara riuh orang lalu lalang di sekitar café itu yang mereka perdengarkan. Mereka masih sibuk dengan pikirannya masing masing. Rio yang sedang memikirkan tentang masalah Alvin. Dan sedangkan Alvin tidak usah ditanya lagi , ia sedang memikirkan Sivia tentunya.
Alvin sedikit memiringkan kepalanya takala ada seseorang yang memegang pundaknya dan tentunya karna orang itu sudah membuyarkan lamunannya tentang Sivia. Rio pun ikut melihat siapa orang yang sudah memegang pundak Alvin.
“bisa bicara sebentar” ucap orang tersebut.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Maafkan semua salahku
Yang mungkin menyakitimu.
Seakan semua organ dalam tubuh Alvin tidak mampu berfungsi dengan baik. Ia pun seakan tak mampu hanya untuk berdiri. Beku , ya itu yang ia rasakan sekarang. Melihat sang gadis yang selama ini ia pertanyakan berada di hadapannya. Namun dalam keadaan yang berbeda.
Ia hanya bisa melihat gadisnya sedang terbaring lemah di kasur yang berada di ruangan serba putih ini. Selang infus yang mencap d tanganya dan berbagai alat medis lainnya terpasang dalam tubuh Sivia , dan tak lupa alat pendeteksi jantung yang sedari tadi menggema di ruangan serba putih ini dan sunyi ini. Kepalanya pun terbalut dengan perban.
Sejurus kemudian aliran bening pun keluar dari kedua mata Alvin. Ia tidak munafik ia sangat ingin melihat gadisnya ini namun bukan dengan keadaan seperti ini. Perlahan ia membelai lebut wajah Sivia yang sedari tadi hanya diam. Alvin menengok kearah Gabriel , orang yang sudah memberitau tentang keberadaan Sivia sekarang.
“dia kecelakaan dua bulan yang lalu” tutur Gabriel seakan mengerti dengan tatapan Alvin padanya.
“aku tidak mengerti” ucap Alvin parau.
“aku bisa menjelaskan semuanya tapi sebelumnya aku ingin minta maaf” ucap Gabriel.
“minta maaf ? tpi coba kau jelaskan terlebihdahulu “ suruh Alvin.
“aku adalah tunangan dari Sivia , aku dan Sivia dijodohkan oleh kedua orang tua kita. Mungkin kau kaget mendengar itu. Ayah Sivia adalah seorang konglomerat dan kau pastinya suadah tau bahwa ayah dan ibu Sivia sangat jarang berada dirumah. Jadi dia tidak mengetahui bahwa Sivia sudah mempunyai seorang kekasih , makanya mereka menjodohkan aku dan Sivia karena Ayah ku adalah rekan bisnis dari Ayah Sivia. Sivia menerima itu karna ia tidak mau membuat orang tuanya kecewa padanya. Dan soal kecelakaan itu , itu terjadi tepat sehari setelah acara pertunangan ku dan Sivia dilaksanakan” tutur Gabriel panjang lebar.
Alvin mengepalakan tanganya , ia sudah mengambil alih untuk memukul Gabriel. Namun ada Rio yang menenangkannya , Rio yang sedari tadi hanya menyaksikan adegan barusan dengan sigap menahan Alvin.
“Vin , Vin udahlah loe tenang dulu , dengerin penjelasan lajutnya dari Gabriel , dan Yel loe bisa certain gimana kronologis dari kecelakaan Sivia ?” ucap Rio masih dengan menahan Alvin.
“Sivia kecelakaan saat ingin pergi kerumah Alvin. Pikiran nya sedang kacau dank arena itulah dia tidak konsentrasi saat menyetir dan akhirnya mobilnya pun tertabrak bus. “ jelas Gabriel.
“pergi kerumah gue ? maksudnya ? “ tanya Alvin yang sudah mulai bisa mengontrol emosinya.
“dia pergi kerumah loe karna ingin minta maaf dan ingin ngejelasin semuanya ke loe “ jawab Gabriel.
Hening hening dan hening itulah yang terjadi. Tanpa ada orang mengucapkan sepatah kata pun sampai akhirnya.
“Al…lll..vi..vviinn” parau Sivia tiba tiba dengan mata yang masih tertutup. Sontak membuat mereka bertiga menengok ke arah tempat Sivia terbaring. Dengan sigap Alvin langsung menghampiri Sivia dan mengelus wajah Sivia dengan lembut. Air mata yang sedari tadi Alvin bendung pun keluar dan membasahi kedua pipi Alvin.
“Al..ll..viiinn” parau Sivia untuk kedua kalinya , namun yang kali ini suaranya melemah.
“iya Vi , ini aku Alvin , ada di sini” ucap Alvin dengan air mata yang semakin deras mengalir dari kedua mata Alvin. Ia semakin mempererat genggamannya dengan Sivia.
“inilah alasan gue manggil loe , Sivia selalu ngigau nama loe “ sahut Gabriel.
Tanpa disadari jemari Sivia bergerak lemah. Alvin melihat dengan tidak percaya. Ia menghapus air matanya.
“Yel , Yo Sivia , Sivia sadar “ kata Alvin setengah berteriak.
Rio dan Gabriel pun menghampiri Alvin. Dan memang tangan Sivia mulai bergerak.
“Yel panggil dokter “ suruh Rio.
Gabriel pun berlari keluar ruangan dan mencari dokter yang menangani Sivia.Dan tak sampai dua menit Dokter pun tiba dengan berbagai perawat yang menangani Sivia.
“maaf sebaiknya anda menunggu di luar “ ucap Dokter tersebut.
Dengan berat hati Alvin , Gabriel dan Rio keluar ruangan. Di luar ruangan Alvin harap harap cemas. Sedari tadi dia hanya melihat keadaan didalam ruangan melalui kaca kecil yang berada di pintu ruangan.
Perasaan yang sama juga melanda Gabriel.Dia hanya bisa berdoa dalam hati.
Berapa lama kemudia Dokter pun keluar.Dengan cekatan Alvin langsung bertanya.
“Dok , bagaimana keadaan Sivia ? “ tanya Alvin.
Dokter menggeleng dengan menapakan raut wajah sedih. “pasien masih kritis , dan kemungkinan untuk sadar hany
alah 5% saja , kita hanya bisa berdoa kepada Tuhan. Dan maaf saya harus pergi “ jelas dokter itu dan kemudian melangkah meninggalkan Alvin , Gabriel dan Rio yang masih terpaku dengan ucapan dokter tersebut.
‘kemungkinan untuk sadar hanyalah 5% saja’ kata kata itulah yang masih terngiang jelas di otak Alvin. Ia sangat sangat belum siap untuk kehilangan Sivia yang kedua kalinya.
>>>><<<<
“Vin dari semalem loe belum makan , lebih baik sekarang loe makan dulu dari pada nanti loe sakit “ tawar Rio.
Alvin menggeleng cepat mendengar tawaran Rio. “ gue nggak mau pisah dari Sivia” ucap Alvin dengan nada seperti orang frustasi. Alvin mengatakan itu masih dengan menggenggam erat tangan Sivia yang dingin dan menatap lembut wajah Sivia yang pucat.
“yaudahlah Yo , kalau emang Alvin nggak mau jangan dipaksain “ ucap Gabriel yang sedari tadi hanya diam. “nanti biar makanannya Alvin kita bawa aja” lanjutnya.
Rio dan Gabriel pun pergi meninggalkan ruang rawat Sivia.
Sedangkan didalam ruang rawat Sivia yang hanya ada Alvin yang setia menunggu Sivia sadar hanya bisa menatap Sivia sambil sesekali menitihkan air mata.
“Vi, ayodong bangun , gue nggak mau liat loe kaya gini “ ucap Alvin.
“Vi bangun!!” ucap Alvin -masih sama- yang mungkin sudah tidak bisa di hitung berapa kali.
“Alll…viiinn” parau Sivia dengan nada yang sangat lemah. Sedikit demi sedikit ia bisa membuka matanya yang sudah 2 bulan ini ia tutup.
Samar samar Sivia melihat Alvin yang berada disampingnya. Ia melihat sud9t mata Alvin terdapat air mata yang tertahan. Dengan susah payah , Sivia menggerakan tangannya dan menghapus air mata itu.
Alvin yang menyadari bahwa tangan Sivia menyentuh pipinya, ia pun langsung menggenggam erat tangan Sivia.
“Sivia , kamu sudah sadar ? panggilkan dokter ya” ucap Alvin senang karena melihat Sivia yang sudah membuka matnaya.
Dengan lemah Sivia menggeleng dan menahan tangan Alvin , itu semua seperti megisyaratkan Alvin untuk tetap tinggal. Alvin yang mengerti menarik kursi yang berada di samping tempat tidur Sivia.
“Sivia ingin menghembuskan nafas terakhir Sivia dengan ada di samping ka Alvin” ucap Sivia lemah.
“Vi , kamu ngomong apa sih ? aku yakin kamu pasti bisa sembuh dan kita bisa bersama seperti dulu lagi “ ucap Alvin meyakinkan , walau dengan air mata yang mengalir deras di pipi Alvin.
“Sivia nggak yakin dengan itu semua “ ucap Sivia sambil menggeleng lemah.
“Vi , please jangan tinggalin aku , aku gak sanggup untuk hidup tanpamu Vi “ ucap Alvin mengeluarkan unek unek yang sedari tadi hanya ada di dalam hatinya.
“ka , Sivia gak akan ninggalin ka Alvin” ucap Sivia sambil menggerakan tangannya tepat di dada Alvin “ Sivia akan selalu ada di hati ka Alvin , Sivia mohon ka Alvin maafin kesalahan Sivia selama ini “ lanjutnya.
“sebelum Sivia minta maaf , aku udah maafin kamu Vi “ jelas Alvin.
Sivia tersenyum dengan penjelasan Alvin .
“ka tolong peluk aku “ pinta Sivia.
Alvin pun segera memeluk Sivia denga erat. Seakan ia tak ingin kehilangan Sivia.
“ka tolong relain Sivia pergi “ ucap Sivia masih dalam pelukan Alvin. Aliran bening pun berlomba keluar dari mata Alvin , namun ia tidak dapat berkata apa apa.
“SIVIA SAYANG ALVIN , I LOVE YOU “ bisik Sivia yang masih dalam peluka Alvin. Sejurus kemudian terdengar hembusan nafas yang sangat panjang dari Sivia dan bunyi datar dari alat pendeteksi jantung Sivia.
“DAN ALVIN SAYANG SIVIA , I LOVE YOU TOO” bisik Alvin pada Sivia yang sudah tidak bernyawa lagi. Air mata pun mengalir sangat deras dari mata Alvin.
Sivia meninggal dalam pelukan orang yang sangat dicintainya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>THE END<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar